Puisi Kerinduan Untuk Sang Kekasih
puisi galau
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan istimewa. Ia dikaruniani rasa cinta. Semua manusia pasti pernah mengalami rasa kerinduan terhadap sesuatu yang lain. Entah itu kepada Tuhan, entah itu kepada sesamanya. Rindu itu muncul sebagai akibat dari perasaan cinta yang timbul dalam hati. Karena perasaan cinta akan mendorong perasaan seseorang untuk selalu dekat dengan sesuatu yang dicintainya. Jarak yang membatasi atau menghalangi sebuah pertemuan juga merupakan ihwal dari kerinduan yang muncul.
Pertemuan adalah muara kerinduan seseorang terhadap seseorang yang dicintainya. Namun terkadang pertemuan yang kita harapkan berbalas piatu. Nah, salah satu jalan menuju pertemuan adalah dengan bersastra. Dengan sastra kita dapat mentransformasikan kegelisahan kita yang muncul dalam hati dengan bahasa-bahasa yang indah dalam bentuk puisi. Maka dengan menulis puisi merupakan media yang positif untuk melampiaskan perasaan-perasaan yang timbul dalam hati, termasuk rasa rindu dan cinta.
Oleh: Iis Sugiarti
Pertemuan pandang yang masih kurindu.
Walau lukalukanya masih menampar di dada.
Ketika menemukan kembali pendar mata yang pernah menjelma purnama hampir sabit.
Setelah banyak windu berlalu.
Aku tersenyum simpul.
Wajahku memerah.
Mendekat.
Acuh.
Berlalu.
Seketika hujan turun dari kelopak mawar membawa badai luka yang duka.
KAU AKU DAN HUJAN
Oleh: Iis Sugiarti
Kau aku adalah sepasang kekasih, yang
Saling merasakan hujan
Saling mengerjapkan mata
Saat rintiknya terjatuh ke dada
Lalu kau aku berkejaran, bertelanjang hati
Meluruhkan rindu yang hampir membatu
Pondok Pena, 2016
ALBUM KERINDUAN
Oleh: Iis Sugiarti
Menyusuri jejak kenangan yang baunya masih tercium lekat, sepanjang jalan.
Aku tak peduli dengan kegilaan ini.
Menunggumu yang tak seperti biasanya,
lalu kuambil langkah lebih cepat dari biasanya, hingga pada rumah yang pernah menghidangi kita madu.
Menerawang sekeliling kudapati meja kita bercengkrama.
Aku melempar sajak kerinduan yang membuncah.
Kala kau pergi meninggalkan gelisah dan airmata.
Kuanggap ini adalah keromantisan
dengan setiap cecap kata-katamu yang menelusup ke seluruh aliran darah.
Hingga bermuara di telaga hatiku.
RINDU
Oleh: Iis Sugiarti
Menunggumu adalah puisi kerinduan yang mengeliatkan sekujur tubuh.
Merampok waktu untuk menyambut bayanganmu adalah kenakalan di antara hibuk hari-hariku. Terkadang nanar jemalaku,
lantaran pertemuan masih jauh di perujungan waktu.
Inginku melipat almanak yang tergantung di dinding-dinding itu.
Agar aku tak lagi menghitung hari yang entah.
Biarlah aku tak mengenal waktu.
Hingga sampai pada pertemuan kita yang merajut kisah paling puisi.
RAMPAI KERINDUAN
Oleh: Iis Sugiarti
Wajahmu adalah kerinduan di setiap jejal waktu.
Meruapkan jigrah,
ketika kau menuliskan persajakkan.
Sedang aku tersipu di sudut panggung.
Menggelegar seluruh urat pernadian,
tersebab senyummu mengajak bibirku membaca rampai kata penuh makna.
Rindu memang sesuatu yang membutuhkan pelampiasan. Namun sebagai manusia yang punya budi, hendaklah dalam melampiaskan kegelisahan-kegelisahan yang ada di dalam hati dengan cara yang positif. Selain dari pada itu dengan berpuisi juga bisa dijadikan wahana kita dalam memperhalus budi dan menumbuhkan sensitifitas atau kepekaan yang bagus terhadap fenomena-fenomena di sekitar kita. Yang terkadang kebanyakan orang mengabaikannya. Padahal sesuatu tersebut dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan kita. Maka melalui media sastra selain sebagai wadah untuk menampung segala kelucak di dalam hati kita, juga sebagai media memperhalus budi dan melatih kepakaan sosial kita.
Sekian, selamat bersastra…
puisi galau
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan istimewa. Ia dikaruniani rasa cinta. Semua manusia pasti pernah mengalami rasa kerinduan terhadap sesuatu yang lain. Entah itu kepada Tuhan, entah itu kepada sesamanya. Rindu itu muncul sebagai akibat dari perasaan cinta yang timbul dalam hati. Karena perasaan cinta akan mendorong perasaan seseorang untuk selalu dekat dengan sesuatu yang dicintainya. Jarak yang membatasi atau menghalangi sebuah pertemuan juga merupakan ihwal dari kerinduan yang muncul.
Pertemuan adalah muara kerinduan seseorang terhadap seseorang yang dicintainya. Namun terkadang pertemuan yang kita harapkan berbalas piatu. Nah, salah satu jalan menuju pertemuan adalah dengan bersastra. Dengan sastra kita dapat mentransformasikan kegelisahan kita yang muncul dalam hati dengan bahasa-bahasa yang indah dalam bentuk puisi. Maka dengan menulis puisi merupakan media yang positif untuk melampiaskan perasaan-perasaan yang timbul dalam hati, termasuk rasa rindu dan cinta.
Oleh: Iis Sugiarti
Pertemuan pandang yang masih kurindu.
Walau lukalukanya masih menampar di dada.
Ketika menemukan kembali pendar mata yang pernah menjelma purnama hampir sabit.
Setelah banyak windu berlalu.
Aku tersenyum simpul.
Wajahku memerah.
Mendekat.
Acuh.
Berlalu.
Seketika hujan turun dari kelopak mawar membawa badai luka yang duka.
KAU AKU DAN HUJAN
Oleh: Iis Sugiarti
Kau aku adalah sepasang kekasih, yang
Saling merasakan hujan
Saling mengerjapkan mata
Saat rintiknya terjatuh ke dada
Lalu kau aku berkejaran, bertelanjang hati
Meluruhkan rindu yang hampir membatu
Pondok Pena, 2016
ALBUM KERINDUAN
Oleh: Iis Sugiarti
Menyusuri jejak kenangan yang baunya masih tercium lekat, sepanjang jalan.
Aku tak peduli dengan kegilaan ini.
Menunggumu yang tak seperti biasanya,
lalu kuambil langkah lebih cepat dari biasanya, hingga pada rumah yang pernah menghidangi kita madu.
Menerawang sekeliling kudapati meja kita bercengkrama.
Aku melempar sajak kerinduan yang membuncah.
Kala kau pergi meninggalkan gelisah dan airmata.
Kuanggap ini adalah keromantisan
dengan setiap cecap kata-katamu yang menelusup ke seluruh aliran darah.
Hingga bermuara di telaga hatiku.
RINDU
Oleh: Iis Sugiarti
Menunggumu adalah puisi kerinduan yang mengeliatkan sekujur tubuh.
Merampok waktu untuk menyambut bayanganmu adalah kenakalan di antara hibuk hari-hariku. Terkadang nanar jemalaku,
lantaran pertemuan masih jauh di perujungan waktu.
Inginku melipat almanak yang tergantung di dinding-dinding itu.
Agar aku tak lagi menghitung hari yang entah.
Biarlah aku tak mengenal waktu.
Hingga sampai pada pertemuan kita yang merajut kisah paling puisi.
RAMPAI KERINDUAN
Oleh: Iis Sugiarti
Wajahmu adalah kerinduan di setiap jejal waktu.
Meruapkan jigrah,
ketika kau menuliskan persajakkan.
Sedang aku tersipu di sudut panggung.
Menggelegar seluruh urat pernadian,
tersebab senyummu mengajak bibirku membaca rampai kata penuh makna.
Rindu memang sesuatu yang membutuhkan pelampiasan. Namun sebagai manusia yang punya budi, hendaklah dalam melampiaskan kegelisahan-kegelisahan yang ada di dalam hati dengan cara yang positif. Selain dari pada itu dengan berpuisi juga bisa dijadikan wahana kita dalam memperhalus budi dan menumbuhkan sensitifitas atau kepekaan yang bagus terhadap fenomena-fenomena di sekitar kita. Yang terkadang kebanyakan orang mengabaikannya. Padahal sesuatu tersebut dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan kita. Maka melalui media sastra selain sebagai wadah untuk menampung segala kelucak di dalam hati kita, juga sebagai media memperhalus budi dan melatih kepakaan sosial kita.
Sekian, selamat bersastra…